Hal
yang perlu diperhatikan dalam analisis vegetasi adalah penarikan unit contoh
atau sampel. Dalam pengukuruan dikenal dua jenis pengukuran untuk mendapatkan
informasi atau data yang diinginkan. Kedua jenis pengukuran tersebut adalah
pengukuran yang bersifat merusak (destructive measures) dan pengukuran
yang bersifat tidak merusak (non-destructive measures).
Untuk keperluan penelitian agar hasil datanya dapat dianggap sah (valid) secara
statistika, penggunaan kedua jenis pengukuran tersebut mutlak harus menggunakan
satuan contoh (sampling unit), apalagi bagi seorang peneliti yang mengambil
objek hutan dengan cakupan areal yang luas. Dengan sampling, seorang
peneliti/surveyor dapat memperoleh informasi/data yang diinginkan lebih cepat
dan lebih teliti dengan biaya dan tenaga lebih sedikit bila dibandingkan dengan
inventarisasi penuh (metoda sensus) pada anggota suatu populasi.
1.
Metode dengan Petak
1.1.
Teknik Sampling Kuadrat (Quadrat Sampling Technique)
Teknik
sampling kuadrat ini merupakan suatu teknik survey vegetasi yang sering
digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan. Petak contoh yang dibuat dalam
teknik sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak
tunggal mungkin akan memberikan infoanasi yang baik bila komunitas vegetasi
yang diteliti bersifat homogen. Adapun petakpetak contoh yang dibuat dapat
diletakkan secara random atau beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip teknik
sampling yang telah dikemukakan di Bab terdahulu.
Bentuk
petak contoh yang dibuat tergantung pada bentuk morfologis vegetasi dan
efisiensi sampling pola penyebarannya. Misalnya, untuk vegetasi rendah, petak
contoh berbentuk lingkaran lebih menguntungkan karena pembuatan petaknya dapat
dilakukan secara mudah dengan mengaitkan seutas tali pada titik pusat petak.
Selain itu, petak contoh berbentuk lingkaran akan mcmberikan kesalahan sampling
yang lebih kecil daripada bentuk petak lainnya, karena perbandingan panjang
tepi dengan luasnya lebih kecil. Tetapi dari segi pola distribusi vegetasi,
petak berbentuk lingkaran ini kurang efisien dibanding bentuk segiempat.
Sehubungan dengan efisiensi sampling banyak studi yang dilakukan menunjukkan
bahwa petak bentuk segiempat memberikan data komposisi vegetasi yang lebih
akurat dibanding petak berbentuk bujur sangkar yang berukuran sama, terutama
bila sumbu panjang dari petak tersebut sejajar dengan arah perobahan keadaan
lingkungan/habitat.
Untuk
memudahkan perisalahan vegetasi dan pengukuran parametemya, petak contoh
biasanya dibagi-bagi ke dalam kuadrat-kuadrat berukuran lebih kecil. Ukuran
kuadrat-kuadrat tersebut disesuaikan dengan bentuk morfologis jenis dan lapisan
distribusi vegetasi secara vertikal (stratifikasi). Dalam hal ini Oosting
(1956) menyarankan penggunaan kuadrat berukuran 10 x 10 m untuk lapisan pohon,
4 x 4 m untuk lapisan vegetasi berkayu tingkat bawah (undergrowth) sampai
tinggi 3 m, dan 1 x 1 m untuk vegetasi bawah/lapisan herba. Tetapi, umtmmya
para peneliti di bidang ekologi hutan membedakan potion ke dalam beberapa
tingkat pertumbuhan, yaitu: semai (permudaan tingkat kecambah sampai setinggi
< 1,5 m), pancang (permudaan dengan > 1,5 m sampai pohon muda yang berdiame[er
< 10 cm), tiang (pohon muda berdiameter 10 s/d 20 cm), dan pohon dewasa
(diameter > 20 cm). Untuk memudahkan pelaksanaannya ukuran kuadrat
disesuaikan dengan tingkat perttunbuhan tersebut, yaitu umumnya 20 x 20 m
(pohon dewasa), 10 x 10 m (tiang), 5 x 5 m (pancang), dan lxl m atau 2 x 2 m
(semai dan tumbuhan bawah).
Dalam
metode kuadrat ini, parameter-parameter vegetasi dapat dihitung dengan
rumus-rumus berikut ini:
Kerapatan
(K) =
Jumlah individu
Luas petak ukur
Kerapatan
relatif (KR) =
Kerapatan satu jenis x 100%
Kerapatan seluruh jenis
Frekwensi
(F) =
Jumlah petak penemuan suatu jenis
Jumlah seluruh petak
Frekwensi
relatif (FR) =
Frekwensi suatu jenis x 100%
Frekwensi seluruh jenis
Dominansi
(D) =
Luas Bidang Dasar suatu jenis
Luas petak ukur
Dominansi
relatif (DR) =
Dominansi suatu jenis x 100%
Dominansi seluruh jenis
|
(a).
Petak Tunggal
Di dalam
metode ini dibuat satu petak sampling dengan ukuran tertentu yang mewakili
suatu tegakan hutan. Ukuran petak ini dapat ditentukan dengan kurva
spesies-area. Untuk lebih jelasnya suatu contoh petak tunggal dapat dilihat
pada Gambar 4.
Gambar 4. Suatu petak tunggal dalam analisis vegetasi
Agar data
vegetasi hasil survei lebih bersifat informatif, sebaiknya bila waktu dan dana
survey memungkinkan, setiap lokasi pohon beserta tajuknya (termasuk pancang,
semai, dan tiang) begitu pula pohon yang masih berdiri atau pohon yang roboh
dalam petak contoh, dipetakan. Hal ini akan sangat berguna untuk mengetahui
pola distribusi setiap jenis vegetasi, proporsi gap, menduga luasan tajuk dari
diameter, dan lain-lain.
(b).
Petak Ganda
Di dalam
metode ini pengambilan contoh vegetasi dilakukan dengan menggunakan banyak
petak contoh yang letaknya tersebar merata. Peletakan petak contoh sebaiknya
secara sistematis. Untuk menentukan banyaknya petak contoh dapat digunakan
kurva species-area. Sebagai illustrasi pada Gambar 6.5 disajikan cara peletakan
petak contoh pada metode petak ganda.
Gambar
5. Desain petak ganda di lapangan
Cara
menghitung besamya nilai kuantitatif parameter vegetasi sama dengan metode
petak tunggal.
1.2.
Metode Jalur
Metode ini
paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut kondisi
tanah, topografi dan elevasi. Jalur - jalur contoh ini harus dibuat memotong
garis-garis topografi, misal tegak lurus garis pantai, memotong sungai, dan
menaik atau menurun lereng gunung. Untuk lebih jelasnya, contoh petak sampling
berbentuk jalur ini dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar
6. Desain jalur contoh di lapangan
Perhitungan
besamya nilai kuantitatif parameter vegetasi sama dengan metode petak tunggal.
1.3.
Metode Garis Berpetak
Metode ini
dapat dianggap sebagai modifikasi metode petak ganda atau metode jalur, yakni
dengan cara melompati satu atau lebih petak-petak dalam jalur sehingga
sepanjang garis rintis terdapat petak-petak pada jarak tertentu yang sama.
Gambar 7 memperlihatkan pelaksanaan metode garis berpetak di lapangan.
Gambar 7. Desain metode garis berpetak
Perhitungan
besamya nilai kuantitatif parameter vegetasi sama dengan metode petak tunggal.
1.4.
Metode Kombinasi antara Metode Jalur dengan Metode Garis Berpetak
Dalam
metode ini risalah pohon dilakukan dengan metode jalur dan permudaan dengan metode
garis berpetak. Untuk lebih jelasnya desain metodc ini dapat dilihat pada
Gambar 8.
Gambar
8. Desain Kombinasi Metode Jalur dengan Metode Garis Berpetak
DAFTAR
PUSTAKA
- Kusmana, C, 1997. Metode Survey Vegetasi. PT. Penerbit
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
- Soerianegara, I dan Indrawan, A. 1988. Ekologi
Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi. Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.